Protes Politik Identitas, Sejumlah Kader Muda NU Pringsewu Mundur dari Kepengurusan Struktural
TRANSSEWU.COM – Sangat mengejutkan, setelah pesta demokrasi Pemilihan Gubernur dan Bupati secara serentak, di kabupaten Pringsewu Sejumlah kader NU malah mengundurkan diri dari kepengurusan Struktural.
Satu hari setelah pemilihan, Kamis, (28/11), sejumlah kader mengadakan perkumpulan dan bersama menyatakan diri untuk mundur dari kepengurusan Struktural baik banom maupun lembaga yang nama mereka tercantum didalamnya.
Mundurnya kader NU dari kepengurusan, karena merasa prihatin yang dialami oleh beberapa kader terhadap jam’iyah NU yang ada dikabupaten Pringsewu, mereka beranggapan bahwa pada hari ini sedang tidak baik baik saja. Dimana pemahaman fikroh dan harokah jam’iyah NU yang mereka dapat dari pendidikan pengkaderan yang diberikan kepada mereka yang sudah jelas jelas tidak sesuai dan seakan di paksakan demi kepentingan tertentu. Sehingga sejumlah kader memutuskan mundur dari kepengurusan, hal ini dikatakan Rindra Priyanto, salah satu kader NU di Kabupaten Pringsewu.
Dikatakan Rindra Priyanto, pengunduran dirinya dari kepengurusan, sebetulnya ini adalah bagian dari rasa cinta kita terhadap jam’iyah Nahdlatul Ulama dan para masyikh
“Kalo saya pribadi jelas saya kader GP Ansor tentunya pasti kader NU, jadi perlu dipahami walaupun GP Ansor Pringsewu secara organisasi netral dan tidak pernah mengeluarkan statemen apapun dan kami bangga terhadap GP Ansor Pringsewu yang sudah bersikap netral, tapi saya sebagai kader NU bentuk muhasabah dan rasa sopan kami terhadap NU itu sendiri, kami berpedoman bahwa sudah tentu Sesuai pesan dari Ketua Umum PP GP Ansor, semuanya harus melawan politik identitas. Nah kalau ada pihak yang menggunakan NU untuk tujuan politik tertentu, maka sama saja dengan politik identitas” kata Rindra Priyanto.
Lebih lanjut dikatakan Rindra Priyanto, “Begitu pula terhadap terjadinya di NU Kabupaten Pringsewu, sehingga kami tegaskan harus dilawan, dan cara perlawanan kami dengan mengundurkan diri dari struktur organisasi,” Ujar Rindra Priyanto, kepada Sumaterapost.co.
Kamis (28/11).
Senada disampaikan salah seorang anggota lembaga dari NU yang berada di kepengurusan Struktural LTN NU tingkat cabang.
“nggak perlu dijelasin kembali lah itu udah pada paham semua. Ibarat minyak sama air gak bisa disatukan, Kami masih muda ga mau kualat, dan kami seperti ini kan karena materi pengkaderan yang kami dapat. Kami mencoba untuk menyesuaikan diri agar tidak salah jalan apalagi suul adab dan tentunya kami diluar jangkauan beliau-beliau yang lebih faham. Ini bentuk keprihatinan kami, untuk menjaga agar tidak ribut didalam kandang kami juga ya akhirnya memutuskan untuk keluar saja dari kepengurusan Struktural bukan keluar dari NU lo, ya kami di baiat dalam jam’iyah ini sudah tentu sampai akhir hayat kami Khidmah lii’la ikalimatilah , jadi intinya kami tetep berkhidmah melalui non struktural dan mohon doa mudah mudahan ini Istiqomah, dan sekali lagi saya menegaskan juga kita harus mengakui siapapun pemimpin kita tidak boleh kita membuat keburukan terhadapnya” ungkap Malik.
Sikap mereka ini pula mendapat berbagai tanggapan dan dukungan dari banyak pihak sebagai sikap idealis mereka dalam ranah jam’iyah Nahdlatul Ulama. Mengingat, pengunduran diri yang dilakukan murni dari hati nurani masing-masing.
“Perlu saya tegaskan, bahwa pengunduran diri ini kami tidak pernah mengajak siapapun apalagi mengkoordinir. Kebetulan kami memiliki persepsi dan pandangan yang sama, sehingga memutuskan mundur ya bersama-sama. Hal ini atas inisiatif sendiri, sehingga tidak kami koordinir, kita jaga kerukunan dan kedamaian yang sudah berlangsung lama ini jangan sampai kita rusak. Sekali lagi ini soal pandangan berorganisasi bukan soal apapun” ungkap Malik (*)
Editor. : Bambang.S.P
TRANSSEWU.COM